Anonim

Lady Gaga Bulimia Eating Disorder Mengungkap

Bahkan anak-anak bodoh yang tidak bersalah akan tumbuh dalam menghadapi rasa sakit, sampai pikiran dan keyakinan mereka sama dengan keraguan mereka

Bagaimana pikiran dan keyakinan seseorang bisa sama dengan keraguan mereka? Saya tidak bisa memahami kalimat ini. Salah satu alasan terbesar saya menonton Naruto adalah karena latar belakang filosofisnya yang luar biasa.

Alasan saya atas kutipan ini: Anak-anak yang tumbuh di daerah rawan perang selalu ragu apakah mereka pantas untuk hidup di planet ini atau sumber lain yang mengakhiri penderitaan. Jadi, inilah keraguan mereka, apakah benar-benar ada kesempatan bagiku untuk hidup tanpa rasa sakit? Penegasan intuitif adalah bahwa, bentuk kehidupan seperti itu tidak mungkin dan tidak dapat ada, dan satu-satunya cara untuk hidup adalah mencoba dan bertahan melawan segala rintangan dan melakukan apa pun yang diperlukan. Ini memasuki sistem kepercayaan mereka dan magang menanamkan pemikiran mereka membuat mereka menerima kenyataan bahwa hidup tidak adil bagi mereka. Apakah interpretasi ini benar atau ada yang berbeda?

Ini hanyalah manifestasi lain dari kepahitan Nagato terhadap dunia. Dia menghadapi rasa sakit, berulang kali dan lebih dari yang seharusnya dia terima. Pengalaman itu menanamkan benih keraguan, keraguan bahwa rasa sakit dapat dihindari kecuali kekuatan diperoleh. Dan keraguan itu tertanam lebih kuat dalam benaknya sampai ia berhenti menjadi keraguan. Ini berubah menjadi kepastian. Itu menjadi keyakinan. Kepolosan di mana rasa sakit adalah kesulitan yang tidak menguntungkan telah dilucuti. Rasa sakit menjadi kenyataan yang pantang menyerah, tidak dapat dihindari kecuali kekuatan yang cukup dapat dikonsolidasikan untuk mengakhiri semua perang.

Inilah yang dimaksud Nagato. Bahwa apa yang dimulai sebagai keraguan dalam pandangan optimis tentang dunia menegaskan kembali dirinya dengan begitu kuat dan berulang kali berhenti menjadi keraguan belaka dan menegaskan dirinya sebagai keyakinan, sebagai realitas, sebagai kebenaran. Bahwa ada keniscayaan dalam kehilangan kepolosan idealis dan menghadapi kenyataan pahit, berubah dari sikap optimis menjadi realisme / pesimisme yang kejam.

Dan di sinilah letak kontras yang menarik antara Nagato dan Naruto. Keduanya menjalani hidup yang dipenuhi dengan rasa sakit, kekecewaan, kesedihan dan kesedihan. Yang satu memeluk kepositifan, optimisme dan harapan sementara yang lain menyerah pada kenegatifan, pesimisme, dan keputusasaan. Seseorang memilih untuk dibangun oleh pencobaannya. Yang lainnya dihancurkan oleh mereka. Pelajaran nyata di sini adalah salah satu pilihan, memilih sikap positif dan melihat jalan yang berbeda ke mana pilihan dalam ideologi dapat mengarah.